djourno.id—Diluncurkan pada Februari 2025, Danantara menjelma sebagai tulang punggung reformasi ekonomi Indonesia, mengintegrasikan 844 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengoptimalkan aset dan mendorong kemandirian nasional.
Kiprahnya mulai terlihat, dari menyerap gula petani untuk menjaga kesejahteraan agraris hingga merestrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Whoosh, Danantara membuktikan bahwa langkah strategis dapat menggerakkan roda ekonomi dengan penuh optimisme.
Dengan pendekatan berbasis data dan tata kelola yang transparan, inisiatif ini menawarkan solusi nyata untuk masa depan yang lebih sejahtera.
Menopang Petani Tebu, Menjaga Ketahanan Pangan
Kiprah Danantara terlihat dari langkah sederhana namun berdampak besar: menyerap gula produksi petani lokal.
Menghadapi penumpukan stok gula sebanyak 100.000 ton dan anjloknya harga di tingkat petani, Danantara mengalokasikan Rp 1,5 triliun melalui Holding BUMN Pangan, ID FOOD, untuk memastikan penyerapan gula dengan harga acuan minimal Rp 14.500 per kilogram.
Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan keberhasilan kebijakan ini: harga gula petani yang sebelumnya merosot ke Rp 12.000 per kilogram kini stabil, meningkatkan pendapatan petani tebu di Jawa Timur dan Lampung hingga 20%.
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mencatat pengurangan impor gula kristal putih sebesar 15% pada kuartal pertama 2025, membuktikan bahwa intervensi Danantara tidak hanya menyelamatkan petani, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional.
Ekonom senior dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menganalisis, “Langkah Danantara ini menunjukkan bagaimana intervensi terarah dapat menciptakan efek domino: petani sejahtera, pasar stabil, dan ketergantungan impor berkurang.”
Reformasi BUMN: Mengubah Beban Menjadi Peluang
Di luar sektor pangan, Danantara memimpin transformasi BUMN untuk menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Dengan mengelola aset BUMN senilai ribuan triliun rupiah, Danantara mengintegrasikan operasi 844 perusahaan melalui merger, akuisisi, dan likuidasi, mengurangi jumlah BUMN menjadi 228.
Menurut laporan Kementerian BUMN, langkah ini telah menghasilkan penghematan Rp 8 triliun per tahun melalui penghapusan tantiem komisaris dan pemangkasan insentif direksi.
Revisi Undang-Undang BUMN No. 1 Tahun 2025 juga memperkuat akuntabilitas dengan memisahkan keuangan BUMN dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Kami ingin BUMN menjadi mesin ekonomi yang efisien, bukan beban fiskal,” kata Rosan Roeslani, Menteri Investasi sekaligus CEO Danantara.
Ia menargetkan kontribusi BUMN terhadap APBN mencapai Rp 500 triliun pada 2026, naik dari Rp 470 triliun pada 2019.
Menyelesaikan Utang Whoosh: Jalan Menuju Keberlanjutan
Salah satu ujian terbesar Danantara adalah menangani utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh), yang mencapai US$5,45 miliar (sekitar Rp 116-118 triliun) kepada China Development Bank, ditambah cost overrun US$1,2 miliar.
Pendapatan tiket Whoosh yang rendah menyebabkan kerugian bagi konsorsium BUMN, termasuk PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun, Danantara merespons dengan strategi multifaset: restrukturisasi utang, pengembangan Transit-Oriented Development (TOD) di stasiun-stasiun, dan peningkatan okupansi melalui kampanye promosi.
“Kami sedang menjajaki divestasi saham minoritas kepada investor strategis untuk memperkuat modal, sambil memastikan Whoosh tetap menjadi kebanggaan nasional,” ujar Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, kepada Tempo pada 20 Mei 2025.
Rencana ini, yang terintegrasi dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Danantara 2025, menargetkan pengurangan beban bunga utang hingga 30% dalam dua tahun. Laporan Moody’s Analytics pada Juli 2025 memuji pendekatan ini, menyebutnya sebagai “langkah realistis untuk menjaga keberlanjutan proyek strategis tanpa membebani APBN.”
Rosan Roeslani: Arsitek Perubahan
Di balik keberhasilan awal Danantara, sosok Rosan Roeslani menjadi kunci. Dengan pengalaman sebagai pendiri Recapital Advisors dan mantan Wakil Menteri BUMN, Rosan membawa visi bisnis yang tajam.
Ia mendorong evaluasi kinerja pimpinan BUMN berbasis hasil nyata, menghapus praktik rekayasa laporan keuangan, dan membatasi jumlah komisaris menjadi maksimal enam per perusahaan.
“Danantara bukan hanya soal aset, tetapi tentang membangun ekonomi yang adil dan berkelanjutan untuk rakyat,” katanya dalam wawancara dengan Bisnis Indonesia pada 25 April 2025.
Langkah Rosan mendapat dukungan luas dari pelaku pasar. “Kepemimpinannya menunjukkan bahwa reformasi BUMN bisa dilakukan dengan tegas namun inklusif,” kata analis keuangan dari Bursa Efek Indonesia, Reza Priyambada.
Meski menghadapi resistensi internal, Rosan tetap optimistis, menegaskan bahwa Danantara akan terus menjadi jembatan antara potensi BUMN dan kesejahteraan masyarakat.
Menatap Masa Depan dengan Optimisme
Dari ladang tebu di Jawa hingga jalur cepat Whoosh, Danantara telah menunjukkan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah strategis yang terukur.
Dengan mengedepankan data, transparansi, dan profesionalisme, entitas ini tidak hanya mereformasi BUMN, tetapi juga menanamkan harapan bagi petani, pekerja, dan masyarakat luas.
Melalui penyerapan gula petani, reformasi BUMN, dan penyelesaian utang Whoosh, Danantara menggerakkan roda ekonomi Indonesia dengan penuh keyakinan.
Di bawah kepemimpinan Rosan Roeslani, entitas ini bukan sekadar pengelola aset, tetapi simbol optimisme bahwa Indonesia dapat melangkah menuju kemandirian dan kemakmuran yang berkelanjutan.