Djourno.id — Dengan hanya lima tahun tersisa menuju batas akhir Agenda 2030, Indonesia menegaskan kembali posisinya sebagai salah satu motor utama dalam upaya global mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pada forum internasional High Level Political Forum (HLPF) 2025 di New York, Indonesia akan mempresentasikan Voluntary National Review (VNR) keempat—langkah yang menegaskan posisi strategis Indonesia di panggung global pembangunan berkelanjutan.
Capaian Nyata, Komitmen Tegas
Dalam VNR 2025, Indonesia mencatat capaian positif: 61,4% indikator SDGs nasional menunjukkan kemajuan signifikan. Angka ini mencerminkan bukan hanya keberhasilan teknokratis, tetapi juga konsistensi politik dan sosial dalam menjadikan SDGs bagian integral dari arah pembangunan nasional.
Komitmen “No One Left Behind” menjadi prinsip utama. Keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan—pemerintah pusat dan daerah, akademisi, pelaku usaha, hingga masyarakat sipil—terlihat jelas dalam proses penyusunan dan implementasi VNR. Di antara inisiatif inovatif yang diakui adalah pembentukan SDG Center di lebih dari 60 perguruan tinggi, penguatan data melalui Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), serta audit capaian SDGs oleh BPK.
SDGs Terintegrasi dalam Visi Nasional
Pemerintahan Presiden Prabowo melalui visi Astacita dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 mengarusutamakan berbagai dimensi SDGs ke dalam arah pembangunan strategis. Astacita 2, misalnya, menggarisbawahi pentingnya ketahanan pangan, energi, dan air (SDG 2, 6, 7), serta transisi hijau yang inklusif (SDG 8, 12, 13).
Pemanfaatan potensi energi terbarukan di wilayah timur Indonesia, inovasi pangan lokal, dan penguatan ekonomi biru menjadi fondasi baru bagi ketahanan dan daya saing nasional. Melalui budidaya rumput laut, konservasi mangrove, serta praktik penangkapan ikan berkelanjutan, Indonesia memperlihatkan bagaimana pembangunan ekonomi bisa berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Diplomasi Pembangunan dan Kepemimpinan Global
Lebih dari sekadar laporan teknis, VNR 2025 diposisikan sebagai instrumen diplomasi pembangunan. Indonesia memanfaatkan forum ini untuk berbagi praktik baik, menawarkan inovasi pembiayaan seperti blended finance dan SDGs bond, serta memperluas kerja sama Selatan-Selatan.
Solidaritas Indonesia juga diwujudkan dalam komitmen untuk membantu negara-negara berkembang lainnya dalam pencapaian SDGs. Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra global yang kredibel dan progresif.
Transisi Menuju Final Push 2030
Meski banyak capaian positif, pemerintah menyadari tantangan besar masih terbentang. Kesenjangan sosial, krisis pangan global, dan dampak perubahan iklim menjadi ujian nyata yang harus dijawab dengan kebijakan yang adaptif, inklusif, dan berbasis sains.
VNR 2025 juga memberi ruang bagi narasi lokal: desa-desa yang bertransformasi lewat energi terbarukan, petani yang mengadopsi pertanian regeneratif, hingga program pemberdayaan perempuan yang membebaskan komunitas dari kemiskinan struktural. Semua ini adalah cerminan bagaimana SDGs bukan slogan, tetapi praktik yang hidup dan berdampak.
Membangun Masa Depan Bersama
Lima tahun ke depan adalah masa krusial. Pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, untuk mengambil peran dalam mendorong inovasi, menyuarakan isu, dan menjadi bagian dari solusi. Keterlibatan aktif kaum muda akan menentukan arah pembangunan berkelanjutan di tingkat akar rumput.
Melalui VNR 2025, Indonesia menyampaikan pesan kuat: masa depan berkelanjutan adalah warisan yang harus kita perjuangkan bersama—melalui kebijakan, aksi, dan kolaborasi.