djourno.id—Pagi yang cerah di Istana Negara, Jakarta, pada 25 Agustus 2025, menjadi saksi momen bersejarah ketika Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera kepada 141 tokoh nasional.
Dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan perayaan semangat pengabdian yang telah mengukir jejak bagi kemajuan bangsa.
Di antara deretan nama yang menerima penghargaan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 73 hingga 78/TK/TH 2025, tiga sosok menonjol dengan kisah inspiratif mereka: Bahlil Lahadalia, Teddy Indra Wijaya, dan Meutya Hafid. Mereka adalah sosok bagaimana dedikasi, visi, dan kerja keras dapat mengubah wajah Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.
Bahlil Lahadalia: Dari Tanah Papua Menuju Penggerak Ekonomi Nasional
Di balik sorot mata yang penuh tekad, Bahlil Lahadalia berdiri tegak saat Presiden Prabowo menyematkan Bintang Mahaputera Utama di dadanya. Putra Papua ini bukan hanya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) atau Ketua Umum Partai Golkar, tetapi juga simbol perjuangan dari daerah menuju panggung nasional.
Perjalanan Bahlil dimulai dari akar yang sederhana, sebagai anak pedagang yang belajar arti kerja keras sejak kecil. Dengan semangat pantang menyerah, ia merintis karier dari dunia usaha hingga menjadi tokoh kunci dalam pemerintahan.
Sebagai Menteri Investasi di era Presiden Joko Widodo, Bahlil berhasil menarik miliaran dolar investasi, membuka lapangan kerja, dan mendorong hilirisasi sumber daya alam—langkah strategis yang mengubah Indonesia dari pengekspor bahan mentah menjadi pemain global dalam industri olahan.
Pada 2024, ia telah dianugerahi Bintang Mahaputera Adipradana, dan kini, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, penghargaan Bintang Mahaputera Utama menjadi pengakuan atas visinya dalam mengelola sumber daya mineral untuk kesejahteraan rakyat.
Bahlil dihormati karena kemampuannya menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Ia memimpin transisi menuju energi bersih, memastikan bahwa kekayaan alam Indonesia tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga warisan bagi generasi mendatang.
Di luar keberhasilan teknis, Bahlil menginspirasi dengan semangatnya yang inklusif, membawa nilai-nilai persatuan dari tanah Papua ke panggung nasional.
“Indonesia adalah rumah kita bersama, dan setiap langkah kita harus untuk kebaikan semua,” ujarnya dalam sebuah wawancara, mencerminkan filosofi yang kini menjadi landasan kepemimpinannya.
Teddy Indra Wijaya: Pilar Senyap di Balik Kesuksesan Pemerintahan
Di sisi lain, Teddy Indra Wijaya, Sekretaris Kabinet dengan pangkat Letnan Kolonel Infanteri, adalah sosok yang bekerja dalam diam namun berdampak besar.
Ketika namanya disebut untuk menerima Bintang Mahaputera Utama, sorak tepuk tangan menggema, mengakui peran krusialnya dalam menjaga roda pemerintahan berjalan mulus. Teddy, yang dikenal sebagai mantan ajudan Presiden Joko Widodo, kini menjadi pendamping setia Presiden Prabowo, menunjukkan loyalitas dan disiplin yang tak tergoyahkan.
Perjalanan Teddy adalah kisah tentang bagaimana kerja keras di belakang layar dapat mengubah dinamika sebuah bangsa. Sebagai Sekretaris Kabinet, ia adalah jembatan yang menghubungkan visi presiden dengan eksekusi di lapangan, memastikan koordinasi lintas kementerian berjalan tanpa hambatan.
Dalam masa transisi pemerintahan, ketika tantangan politik dan administratif mengemuka, Teddy hadir dengan ketenangan dan ketegasan, menjadikan Kabinet Merah Putih sebagai mesin yang efisien.
Penghargaan ini diberikan kepada Teddy bukan hanya karena tugas-tugas administratifnya, tetapi juga karena semangat pengabdiannya yang tanpa pamrih. Ia adalah bukti bahwa seorang prajurit tidak hanya bertarung di medan laga, tetapi juga di ruang-ruang keputusan yang menentukan nasib bangsa.
Kisah Teddy menginspirasi generasi muda untuk memahami bahwa keberhasilan besar sering kali lahir dari kerja keras yang tak terlihat, dari dedikasi yang tidak mencari sorotan.
Meutya Hafid: Merajut Persatuan Melalui Transformasi Digital
Sementara itu, Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital, menerima Bintang Mahaputera Utama dengan senyum penuh syukur.
Sebagai mantan jurnalis dan politisi Partai Golkar, Meutya membawa perspektif unik ke dalam pemerintahan: kombinasi antara kepekaan sosial dan visi teknologi. Di bawah kepemimpinannya, Kementerian Komunikasi dan Digital menjadi ujung tombak dalam membangun ekosistem digital yang inklusif, menghubungkan pelosok Indonesia dengan dunia global.
Meutya dianugerahi penghargaan ini karena keberhasilannya memajukan literasi digital dan memperkuat infrastruktur teknologi informasi. Ia memimpin inisiatif untuk memastikan bahwa masyarakat di daerah terpencil memiliki akses ke internet, membuka peluang pendidikan dan ekonomi.
Lebih dari itu, Meutya dikenal sebagai duta moderasi beragama, menggunakan platform digital untuk mempromosikan kerukunan dan dialog antarbudaya. Dalam era di mana informasi dapat menjadi pisau bermata dua, ia berhasil menjadikan teknologi sebagai alat untuk menyatukan, bukan memecah belah.
Kisah Meutya adalah inspirasi bagi perempuan dan generasi muda Indonesia. Dari meja redaksi hingga kursi menteri, ia menunjukkan bahwa dengan keberanian dan visi, siapa pun dapat memberikan dampak besar.
“Digitalisasi adalah jembatan menuju masa depan, tetapi hati yang inklusif adalah fondasinya,” katanya dalam sebuah pidato, menegaskan komitmennya untuk menjadikan teknologi sebagai sarana persatuan.
Sebuah Peringatan untuk Bersatu
Penganugerahan Bintang Mahaputera kepada Bahlil Lahadalia, Teddy Indra Wijaya, dan Meutya Hafid bukan sekadar pengakuan atas prestasi individu, tetapi juga simbol dari semangat “Bersatu” yang menjadi tema peringatan HUT RI ke-80.
Ketiganya mewakili pilar-pilar penting dalam pembangunan nasional: ekonomi yang tangguh, pemerintahan yang solid, dan teknologi yang inklusif. Mereka adalah cerminan dari Indonesia yang beragam namun bersatu, di mana setiap individu, dari latar belakang apa pun, dapat berkontribusi untuk kejayaan bangsa.
Meskipun ada suara di media sosial yang mempertanyakan dinamika politik di balik penghargaan ini, narasi yang lebih besar adalah tentang inspirasi.
Bahlil mengajarkan kita untuk bermimpi besar dari akar yang sederhana. Teddy menunjukkan bahwa pengabdian sejati tidak memerlukan sorotan. Dan Meutya membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi alat untuk menyatukan hati. Bersama, mereka mengingatkan kita bahwa kemajuan Indonesia dibangun atas kerja keras, integritas, dan semangat untuk melayani.
Saat lampu-lampu Istana Negara meredup usai acara, kisah Bahlil, Teddy, dan Meutya tetap bersinar sebagai mercusuar harapan. Penghargaan ini bukan akhir dari perjalanan mereka, melainkan panggilan untuk terus mengabdi, menginspirasi, dan membawa Indonesia menuju puncak kejayaan.
Bagi kita semua, ini adalah undangan untuk turut berkontribusi, dengan cara masing-masing, demi masa depan bangsa yang lebih baik.