Beli Alutsista dari Turki: Opstimisme Publik dan Jalan Panjang Kemandirian Pertahanan

- Penulis

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 07:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

djourno.id—Di tengah meningkatnya dinamika geopolitik global, kebutuhan Indonesia untuk memperkuat pertahanan nasional kian mendesak.

Survei Litbang Kompas pada Mei 2021 memperlihatkan fakta menarik: 92,8 persen warga menilai Indonesia perlu secara berkala menambah alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern.

Dukungan publik ini menunjukkan kesadaran kolektif bahwa kedaulatan wilayah dan keamanan negara membutuhkan fondasi pertahanan yang tangguh.

Namun, modernisasi pertahanan tidak hanya soal membeli persenjataan. Sebanyak 87,7 persen responden yakin Indonesia mampu mandiri membangun dan memproduksi alutsista dalam negeri.

Angka ini mencerminkan optimisme masyarakat bahwa Indonesia tidak sekadar menjadi pasar, tetapi juga bisa menjadi produsen dan inovator pertahanan. Meski demikian, masyarakat juga realistis: lebih dari separuh responden (53,7 persen) menilai strategi terbaik adalah membeli sekaligus bekerja sama dengan negara maju untuk memperkuat alutsista nasional, sambil secara bertahap membangun kapasitas produksi dalam negeri.

Optimisme publik itu kini mulai menemukan jalannya. Indonesia menjalin kerja sama intensif dengan Turki—salah satu dari 15 besar eksportir alutsista dunia—untuk menghadirkan berbagai alutsista strategis. Kolaborasi ini bukan hanya sekadar transaksi jual beli, tetapi juga transfer teknologi dan produksi bersama yang menjadi bekal menuju kemandirian pertahanan.

 

Dari Tank Harimau hingga Jet Tempur KAAN

Sejarah kerja sama pertahanan Indonesia–Turki semakin erat sejak 2011, ketika kedua negara menandatangani nota kesepahaman industri pertahanan.

Salah satu tonggak penting adalah pengembangan tank medium Harimau (Kaplan MT) hasil kerja sama PT Pindad dengan FNSS Turki. Proyek ini dimulai pada 2015 dengan investasi sekitar 30 juta dollar AS. Uniknya, prototipe awal memang dibuat di Turki, tetapi produksi selanjutnya dilakukan di Indonesia.

Tank Harimau memiliki bobot 30 ton, kecepatan maksimal 70 km per jam, diawaki tiga personel, dan dipersenjatai meriam kaliber 105 mm. Kementerian Pertahanan pada 2019 memesan 18 unit dengan nilai kontrak 135 juta dollar AS.

Dari jumlah itu, 10 unit dibuat di Turki dan 8 unit diproduksi di Bandung oleh PT Pindad. Kini, sembilan tank Harimau sudah memperkuat Batalyon Kavaleri 13/Tenggarong, Kalimantan Timur.

Langkah lebih besar diambil pada Juli 2025 ketika Indonesia menandatangani kontrak pembelian 48 jet tempur generasi kelima KAAN buatan Turkish Aerospace Industries.

Dengan nilai kontrak 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 164,1 triliun), jet siluman bermesin ganda ini akan dikirim bertahap mulai 2028 hingga 2035. Kehadiran KAAN bukan hanya menambah daya gempur TNI AU, tetapi juga membuka jalan bagi kerja sama teknologi tingkat tinggi.

 

Kekuatan Laut dan Udara: Fregat, Drone, dan Rudal Balistik

Kerja sama juga merambah ke matra laut. Pada 2025, Indonesia menandatangani kontrak dengan TAIS Shipyards Turki untuk menghadirkan dua fregat kelas Istif. Kapal sepanjang 113 meter dengan bobot penuh 3.000 ton ini akan dilengkapi radar AESA CENK-S, sistem tempur Havelsan Advent CMS, serta rudal ATMACA. Fregat ini akan menjadi salah satu tulang punggung TNI AL dalam menjaga kedaulatan laut Nusantara.

Baca Juga:  Wacana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun 2026: Menjaga Program, Menjaga Harapan

Di udara, selain jet KAAN, Indonesia pada 2023 mengikat kontrak pembelian 12 drone tempur ANKA senilai 300 juta dollar AS. Separuh unit akan dirakit di Turki, sisanya dirakit di PT Dirgantara Indonesia. Drone ini akan dibagi ke tiga matra: TNI AU, TNI AD, dan TNI AL. Kehadiran drone tempur menandai transformasi pertahanan Indonesia menuju era perang modern berbasis sistem nirawak.

Tidak kalah penting, Indonesia juga membeli sistem rudal balistik jarak pendek KHAN dari Roketsan, menjadikannya negara pertama di ASEAN yang mengoperasikan sistem ini. Rudal KHAN sudah ditempatkan di Batalyon Artileri Medan 18/Tenggarong, memperkuat daya deteren Indonesia di kawasan.

 

Masyarakat Optimis, Jalan Panjang Menuju Mandiri

Jika menilik survei Litbang Kompas, masyarakat menilai alutsista Indonesia saat ini masih campur aduk: 29,9 persen menyebut sudah modern, 29,1 persen menilai masih tua dan tidak modern, dan 16,2 persen bahkan beranggapan banyak alutsista tidak layak dipakai.

Data ini selaras dengan fakta bahwa TNI memang masih mengoperasikan banyak persenjataan peninggalan lama, dari kapal fregat era 1960-an hingga pesawat tempur F-5 Tiger yang sudah dipensiunkan.

Namun, dengan kerja sama strategis bersama Turki, arah modernisasi pertahanan semakin jelas. Jalan menuju kemandirian memang panjang, tetapi langkah-langkah yang ditempuh—mulai dari produksi bersama tank Harimau, perakitan drone ANKA di Bandung, hingga pembelian jet tempur KAAN—mencerminkan strategi jangka panjang: membangun kekuatan sambil menumbuhkan kapasitas industri pertahanan dalam negeri.

Kerja sama ini juga memperlihatkan bahwa Indonesia tidak lagi sekadar pembeli. Setiap kontrak selalu disertai klausul transfer teknologi dan peluang produksi lokal. Sejalan dengan semangat publik yang 87,7 persen yakin Indonesia bisa mandiri, arah ini memberi harapan bahwa suatu saat, alutsista buatan anak bangsa akan berdiri sejajar dengan produk negara maju.

Modernisasi alutsista Indonesia adalah kebutuhan mendesak, bukan pilihan. Dukungan publik yang hampir bulat menunjukkan betapa kuatnya kesadaran nasional terhadap pertahanan. Kerja sama dengan Turki menghadirkan jalan tengah: memperkuat kekuatan tempur sekarang, sambil mempersiapkan kemandirian di masa depan.

Tank Harimau, jet tempur KAAN, fregat kelas Istif, drone ANKA, hingga rudal balistik KHAN hanyalah awal dari perjalanan panjang Indonesia menuju kemandirian pertahanan.

Di balik setiap pembelian, tersimpan harapan besar: Indonesia tidak hanya kuat di medan perang, tetapi juga berdiri tegak sebagai bangsa yang mampu membuat, menguasai, dan mengembangkan teknologi pertahanannya sendiri.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel djourno.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Potret Kemarahan Publik di Media Sosial ke DPR yang Memicu Gelombang Demonstrasi
Presiden Prabowo Respons Tragedi Affan Kurniawan dengan Keprihatinan dan Janji Keadilan
Malu Noel Ditangkap KPK: Komitmen Prabowo Berantas Korupsi Diapresiasi Publik
Mengurai Kegaduhan DPR: Antara Kekecewaan Publik dan Miskomunikasi
Paradoks Kebijakan Perberasan: Antara Petani, Penggilingan, dan Konsumen
Pembentukan Kementerian Haji dan Umrah: Langkah Berani Atasi Sengkarut Tata Kelola
Mampukah Dasco Kembali Meredam Kemarahan Publik ke DPR?
Harapan di Balik Seruan Bubarkan DPR

Berita Terkait

Jumat, 29 Agustus 2025 - 13:59 WIB

Potret Kemarahan Publik di Media Sosial ke DPR yang Memicu Gelombang Demonstrasi

Jumat, 29 Agustus 2025 - 13:42 WIB

Presiden Prabowo Respons Tragedi Affan Kurniawan dengan Keprihatinan dan Janji Keadilan

Kamis, 28 Agustus 2025 - 15:12 WIB

Malu Noel Ditangkap KPK: Komitmen Prabowo Berantas Korupsi Diapresiasi Publik

Kamis, 28 Agustus 2025 - 09:27 WIB

Mengurai Kegaduhan DPR: Antara Kekecewaan Publik dan Miskomunikasi

Rabu, 27 Agustus 2025 - 12:25 WIB

Pembentukan Kementerian Haji dan Umrah: Langkah Berani Atasi Sengkarut Tata Kelola

Berita Terbaru

Kolom

Warisan Pemikiran Ekonomi Syafruddin Prawiranegara

Jumat, 29 Agu 2025 - 13:28 WIB