djourno.id – Enam bulan memimpin Jawa Tengah, duet Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen mendapat rapor relatif baik dari publik.
Survei Litbang Kompas pada 1–5 Juli 2025 menunjukkan 58 persen warga puas dengan kinerja Pemprov Jateng. Angka itu lebih tinggi bila diukur secara personal: 64,5 persen warga mengaku puas terhadap kinerja Luthfi dan 59,7 persen puas terhadap Taj Yasin.
Dengan modal kepercayaan publik yang masih segar, Luthfi–Yasin seakan mendapat legitimasi sosial untuk melanjutkan agenda besar pembangunan Jawa Tengah.
Apalagi, delapan dari sepuluh responden menyatakan menyukai keduanya, dan lebih dari 66 persen percaya bahwa janji-janji Pilkada 2024 akan ditepati.
Namun, di balik angka kepuasan yang cukup tinggi itu, masih ada pekerjaan rumah yang membayang: pengangguran, harga kebutuhan pokok, dan infrastruktur jalan yang rusak.
Apresiasi Tertinggi: Kesehatan yang Membumi
Salah satu alasan mengapa kepuasan publik terjaga adalah program kesehatan yang dianggap langsung menyentuh kehidupan masyarakat.
Program Dokter Spesialis Keliling (Speling) yang diluncurkan pada Maret 2025, menjadi ikon baru. Dalam waktu kurang dari enam bulan, lebih dari 6 juta warga Jawa Tengah telah merasakan manfaatnya: dari pemeriksaan TBC, layanan kesehatan ibu hamil, kanker serviks, hingga layanan kesehatan jiwa.
Survei Litbang Kompas mencatat, 83,6 persen responden puas terhadap program kesehatan gratis ini—angka tertinggi dibanding program lain. Yang menarik, kepuasan justru paling tinggi di kalangan menengah bawah dan miskin, menegaskan bahwa program ini tepat sasaran.
Tak berhenti di desa-desa, Speling juga masuk ke kampus. Pada pertengahan Agustus 2025, 15.000 mahasiswa baru Universitas Diponegoro Semarang ikut menikmati layanan ini. Pemprov bahkan merencanakan ekspansi ke 44 perguruan tinggi lain di Jawa Tengah, dengan nama baru: Speling Melesat.
Selain kesehatan, program wisata ramah Muslim (78,1 persen) serta moderasi beragama dan wawasan kebangsaan (75,3 persen) juga menuai apresiasi. Kedua program ini dipandang mampu menjawab identitas kultural Jawa Tengah sekaligus meredam polarisasi sosial-politik pasca pemilu.
Ketika Lapangan Kerja Jadi Keluhan Nomor Satu
Namun, di sisi lain, publik masih cemas dengan isu paling mendasar: lapangan kerja. Dari survei Litbang Kompas, 36,2 persen responden menempatkan pengangguran sebagai masalah yang paling mendesak.
Data Kementerian Ketenagakerjaan mempertegas keresahan itu. Sepanjang Januari–Juli 2025, tercatat 42.385 pekerja di Indonesia terkena PHK.
Dari jumlah itu, 10.995 pekerja berasal dari Jawa Tengah, tertinggi dibanding provinsi lain. Situasi ini menunjukkan bahwa problem ketenagakerjaan di Jateng bukan sekadar persepsi, melainkan kenyataan pahit yang dirasakan keluarga-keluarga.
Sejatinya, Pemprov Jateng sudah menyiapkan program Taruna Karya Mandiri dalam bentuk Kartu Zilenial untuk membuka akses kerja bagi anak muda. Namun, survei menemukan, 86,4 persen responden belum mengetahui program ini, dan kepuasan terhadapnya tergolong rendah. Akibatnya, 41 persen responden menilai ketersediaan lapangan kerja di Jateng buruk.
Infrastruktur: Simbol Kemarahan Warga
Selain pekerjaan, infrastruktur jalan juga menjadi sorotan besar. Survei menunjukkan, 47,3 persen warga menganggap infrastruktur harus segera diperbaiki. Masalah jalan rusak bahkan melahirkan aksi protes kreatif warga.
Pada Juni 2025, warga Desa Ketanggan, Batang, menanam pohon sengon di jalan rusak sebagai tanda frustrasi. Sebulan kemudian, aksi serupa terjadi di Cilacap dengan pohon pisang ditanam di jalan berlubang. Bahkan, di Temanggung, jalur penghubung utara-selatan provinsi rusak selama 15 tahun, sebelum akhirnya diperbaiki setelah dilaporkan langsung kepada Gubernur Luthfi dalam forum dialog warga.
Data Kementerian PUPR pada 2023 mencatat, hanya 66 persen jalan provinsi di Jateng dalam kondisi baik, sementara sisanya berada dalam kondisi sedang hingga rusak. Minimnya penerangan jalan di jalur vital seperti arteri Kaliwungu dan Brebes juga menambah keresahan masyarakat.
Infrastruktur yang buruk bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga menyangkut keselamatan dan ekonomi. Jalur distribusi barang terhambat, investasi sulit berkembang, dan pariwisata kehilangan daya tarik. Artinya, memperbaiki jalan bukan hanya menjawab keluhan warga, tetapi juga membuka jalan keluar bagi persoalan ekonomi Jawa Tengah.
Tantangan Komunikasi dan Citra
Meski publik relatif puas, masih ada jarak antara slogan “ngopeni, nglakoni” dengan persepsi masyarakat. Survei menunjukkan, baru 50,9 persen responden menilai nilai ngopeni sudah dijalankan, dan 56,8 persen menilai nilai nglakoni sudah diwujudkan. Artinya, Luthfi–Yasin masih perlu menguatkan strategi komunikasi publik agar program yang sudah berjalan benar-benar dirasakan warga.
Sentimen terhadap keduanya sebenarnya positif. Survei Litbang Kompas mencatat, 78,6 persen responden menaruh simpati pada Luthfi dan 79,7 persen pada Taj Yasin. Modal afeksi publik ini penting, tetapi harus dibarengi dengan respons cepat atas keluhan warga sehari-hari.
Modal Kuat, Pekerjaan Berat
Survei Litbang Kompas menegaskan, Pemprov Jateng punya rapor awal yang cukup baik. Program kesehatan menjadi bintang utama, pariwisata dan moderasi beragama mendapat sambutan positif, dan citra kepemimpinan Luthfi–Yasin cukup kuat di hati warga.
Namun, persoalan struktural—pengangguran, harga kebutuhan pokok, dan infrastruktur—masih menjadi “lubang jalan” yang berpotensi menggerus kepercayaan publik. Jika masalah-masalah ini bisa dijawab dengan kebijakan konkret, maka slogan ngopeni, nglakoni tidak berhenti sebagai jargon politik, melainkan nyata hadir di kehidupan warga Jawa Tengah.
Data Highlight Survei Litbang Kompas (Juli 2025)
Kinerja Pemprov Jateng
- Puas: 54,9%
- Tidak puas: 29,6%
- Sangat puas: 3,1%
- Sangat tidak puas: 1,9%
- Tidak tahu: 10,6%
Tiga Masalah Utama Versi Publik
- Infrastruktur (jalan rusak, penerangan): 47,3%
- Lapangan pekerjaan/pengangguran: 36,2%
- Bansos tidak merata: 14,3%
Apresiasi Program Pemprov
- Layanan kesehatan gratis (Speling): 83,6%
- Wisata ramah Muslim: 78,1%
- Moderasi beragama: 75,3%
Citra Luthfi–Yasin
- Warga menyukai Luthfi: 78,6%
- Warga menyukai Taj Yasin: 79,7%
- Percaya janji kampanye akan ditepati: 66,5%