Arah RAPBN 2026: Menjaga Stabilitas, Merajut Kesejahteraan

- Penulis

Minggu, 17 Agustus 2025 - 10:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

djourno.id—Di balik deretan angka triliunan rupiah dan persentase pertumbuhan, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 menyimpan sebuah cerita besar tentang arah perjalanan ekonomi Indonesia. Dokumen tebal yang baru saja dipaparkan pemerintah itu bukan sekadar tabel belanja dan pendapatan, melainkan peta jalan menuju kemandirian dan kesejahteraan rakyat.

Pemerintah memproyeksikan pendapatan negara mencapai Rp 3.147,7 triliun, sementara belanja ditetapkan lebih besar, Rp 3.786,5 triliun. Defisit sebesar Rp 638,8 triliun—setara 2,48 persen dari PDB—menjadi konsekuensi yang disadari, namun masih dalam batas aman. Sementara keseimbangan primer ditargetkan bergerak ke arah positif, dengan utang dijaga tetap terkendali.

Fondasi dari Capaian 2025

Angka-angka itu tidak lahir dalam ruang hampa. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen (yoy) pada triwulan II 2025. Konsumsi rumah tangga tumbuh stabil di kisaran 4,97 persen, investasi melonjak hampir 7 persen, sementara ekspor mencatat kenaikan dua digit, 10,67 persen.

Pertumbuhan ini tidak hanya tercatat di grafik, tapi juga terasa di dapur-dapur rakyat. Tingkat pengangguran menurun, kemiskinan berkurang, dan lebih dari 3,6 juta lapangan kerja baru tercipta. Stimulus Rp 33 triliun di awal tahun dan Rp 24,4 triliun pada pertengahan tahun menjaga daya beli, memastikan roda ekonomi tidak berhenti berputar. Capaian inilah yang kemudian dijadikan pijakan untuk membangun postur fiskal tahun depan.

Program Unggulan: Menyentuh Kehidupan Sehari-hari

RAPBN 2026 tidak hanya bicara angka defisit dan pertumbuhan, tapi juga hadir dalam bentuk yang lebih konkret: program-program yang menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG), misalnya, bukan sekadar jargon. Anggaran Rp 335 triliun disiapkan untuk memastikan anak sekolah, ibu hamil, dan balita mendapat asupan gizi yang layak. Revitalisasi sekolah dan Sekolah Rakyat menambah kualitas pendidikan, sementara Cek Kesehatan Gratis (CKG) membuka akses layanan kesehatan dasar bagi jutaan rakyat.

Di desa-desa, Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) menjadi motor ekonomi baru. Inklusi usaha kecil difasilitasi agar produktivitas meningkat. Tak hanya menjawab kebutuhan masa kini, program-program ini dilihat pemerintah sebagai investasi jangka panjang untuk membangun sumber daya manusia unggul.

Baca Juga:  Capaian Gubernur Jawa: Layanan Dasar Oke, Ekonomi Rakyat Masih Tercecer

Pangan dan Energi: Pilar Ketahanan Nasional

Ada kesadaran bahwa kesejahteraan rakyat tidak mungkin tegak tanpa jaminan pangan dan energi. Karena itu, RAPBN 2026 mengalokasikan Rp 164,4 triliun untuk ketahanan pangan—dari subsidi pupuk 9,62 juta ton hingga penguatan cadangan beras Bulog. Sementara di sektor energi, Rp 402,4 triliun digelontorkan untuk subsidi BBM, listrik, dan LPG, serta pengembangan energi baru terbarukan.

Pilihan ini strategis. Harga pangan dan energi yang stabil berarti inflasi bisa dikendalikan, daya beli rakyat terjaga, dan risiko guncangan global bisa ditekan. “Soalnya bukan hanya ketersediaan, tapi juga kemandirian,” begitu penekanan yang disampaikan pemerintah.

Visi di Tengah Dunia yang Bergejolak

Dunia sedang tidak ramah. Perang dagang, fluktuasi pasar keuangan, hingga ketidakpastian geopolitik menciptakan risiko yang setiap saat bisa mengguncang. Dalam situasi ini, RAPBN 2026 diposisikan bukan sekadar instrumen fiskal, tetapi pilar kedaulatan ekonomi.

Visinya jelas: menjadikan Indonesia tangguh, mandiri, dan sejahtera. Tangguh berarti siap menghadapi guncangan global, mandiri menegaskan kemandirian ekonomi dalam negeri, dan sejahtera memastikan rakyat merasakan manfaat nyata dari setiap rupiah APBN.

Harapan dan Tantangan

Jika target tercapai, RAPBN 2026 bukan hanya akan menjaga stabilitas pasar dan memperkuat rating utang negara, tetapi juga menciptakan ruang fiskal yang lebih luas untuk investasi strategis jangka panjang. Namun, pekerjaan rumah tetap besar: bagaimana memastikan program tepat sasaran, belanja efisien, dan seluruh kebijakan benar-benar dirasakan rakyat, bukan hanya berhenti di laporan kinerja.

Seperti sebuah kapal besar, APBN 2026 akan mengarungi lautan global yang penuh gelombang. Tantangan menanti, tetapi dengan arah yang jelas, harapan tetap terjaga.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel djourno.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Warga Jateng Puas Kinerja Ahmad Luthfi di Kesehatan, Tersandung di Lapangan Kerja
Survei Litbang Kompas: Warga Jawa Barat Menanti Solusi Ekonomi dari Dedi Mulyadi
Survei Litbang Kompas: Warga Jawa Barat Kecewa Kinerja Dedi Mulyadi Atasi Lapangan Kerja   
80 Tahun Indonesia: Optimisme Publik, Tantangan Kemiskinan, dan Korupsi
Badai Statistik: Polemik Angka Pertumbuhan Ekonomi BPS Dilaporkan ke PBB
Ketika Celengan Digital Dibekukan: Rakyat Kecil Jadi Tumbal Perang Melawan Judi Online
Capaian Gubernur Jawa: Layanan Dasar Oke, Ekonomi Rakyat Masih Tercecer
Seberapa Efektif Bansos Selama Pandemi?

Berita Terkait

Rabu, 20 Agustus 2025 - 10:10 WIB

Warga Jateng Puas Kinerja Ahmad Luthfi di Kesehatan, Tersandung di Lapangan Kerja

Selasa, 19 Agustus 2025 - 07:07 WIB

Survei Litbang Kompas: Warga Jawa Barat Menanti Solusi Ekonomi dari Dedi Mulyadi

Selasa, 19 Agustus 2025 - 06:52 WIB

Survei Litbang Kompas: Warga Jawa Barat Kecewa Kinerja Dedi Mulyadi Atasi Lapangan Kerja   

Senin, 18 Agustus 2025 - 12:36 WIB

80 Tahun Indonesia: Optimisme Publik, Tantangan Kemiskinan, dan Korupsi

Minggu, 17 Agustus 2025 - 10:35 WIB

Arah RAPBN 2026: Menjaga Stabilitas, Merajut Kesejahteraan

Berita Terbaru

Kolom

Warisan Pemikiran Ekonomi Syafruddin Prawiranegara

Jumat, 29 Agu 2025 - 13:28 WIB