Jakarta, Djourno.id — Di tengah hingar-bingar pembangunan kota, diam-diam desa mulai bergerak maju. Bukan sekadar tambal sulam infrastruktur, tapi dengan pendekatan yang jauh lebih strategis: desa cerdas. Lewat inisiatif ini, pemerintah mendorong digitalisasi desa agar tak sekadar melek teknologi, tapi juga mampu membangun inovasi dari akar rumput.
Lebih dari Sekadar Wi-Fi Gratis
Program Desa Cerdas yang digulirkan Kemendesa sejak 2021 bukan sekadar menyediakan internet gratis di balai desa. Lebih dari itu, kebijakan ini dirancang untuk menjadikan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan layanan publik, transparansi anggaran, literasi digital, dan bahkan mendorong ekonomi lokal berbasis data.
Salah satu contohnya adalah Desa Panggungharjo di Bantul, Yogyakarta, yang kini memiliki dashboard data sosial-ekonomi berbasis real-time untuk mengelola bantuan sosial dan layanan UMKM. Mereka tidak hanya menunggu dana desa cair, tapi juga sudah mulai bicara soal governance digital di tingkat lokal.
“Kami jadi bisa tahu siapa yang butuh bantuan tanpa harus survei panjang. Semuanya transparan, warga bisa ikut mengawasi,” kata Lurah Wahyudi Anggoro Hadi, yang sejak awal mengawal transformasi digital ini.
Mengubah Pola Pikir, Bukan Hanya Infrastruktur
Kebijakan desa cerdas menjadi menarik karena menyentuh hal yang sering terlupakan: penguatan kapasitas SDM desa. Program ini tidak hanya membangun jaringan internet, tapi juga melatih aparatur desa dalam penggunaan data, pelaporan digital, dan bahkan literasi kebijakan.
“Di awal, banyak yang bingung dengan dashboard atau aplikasi. Tapi begitu dilatih, mereka jadi lebih percaya diri. Sekarang malah minta pelatihan lanjutan,” ujar Siti, fasilitator program dari Relawan TIK.
Transformasi ini menantang cara lama berpikir bahwa pembangunan hanya soal beton dan aspal. Pembangunan digital ternyata bisa memberi efek jangka panjang yang lebih strategis: efisiensi birokrasi desa, akurasi bantuan sosial, dan pertumbuhan ekonomi mikro.
Narasi Positif dari Pinggir
Dari sisi kebijakan, desa cerdas memberi pesan penting: kebijakan yang berpihak pada desa tidak harus bersifat top-down. Ketika dirancang adaptif dan partisipatif, kebijakan ini justru mampu menumbuhkan inovasi dari bawah—bukan memaksakan teknologi dari atas.
Meski belum semua desa bisa langsung menerapkan, pola yang muncul dari beberapa pilot project cukup menjanjikan. Di masa depan, desa cerdas bisa menjadi ekosistem belajar lintas daerah, di mana praktik baik (best practices) bisa direplikasi tanpa harus seragam.
Catatan Djourno:
Kebijakan publik terbaik adalah yang tumbuh bersama warganya. Desa Cerdas menunjukkan bahwa ketika teknologi bertemu kepercayaan, inovasi bisa lahir bahkan dari tempat yang paling sunyi. Inilah kebijakan yang tak hanya membangun desa, tapi juga membangkitkan harapan.